Follow me on Blogarama

main-nav-top (Do Not Edit Here!)

Perluasan Wilayah Pada Masa Khulafaurasyiddin dan Dinasti Umayyah

Ekspansi Gelombang Pertama


Sebelum Nabi Muhammad wafat pada tanggal 8 Juni 632 M, seantero Jazirah Arab telah dapat ditaklukkan di bawah kekuasaan Islam. Usaha ekspansi ke luar jazirah Arab kemudian dimulai oleh khalifah pengganti Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar Shiddiq. Setelah melewati masa-masa sulit di awal pemerintahannya karena harus menumpas pemberontakan kaum murtad dan pembangkang zakat, Abu Bakar kemudian mulai mengirimkan kekuatan militer ke berbagai negeri di luar jazirah Arab. Khalid bin Walid yang dikenal dengan gelar Pedang Allah, dikirim ke Irak sehingga dapat menduduki Al-Hirah pada tahun 12 H yang waktu itu di bawah kekuasaan Imperium Persia. Sedangkan ke Palestina, Abu Bakar mengirimkan balatentara di bawah pimpinan Amr bin al-Ash. Sementara ke Syam, sang khalifah mengirimkan balatentara di bawah pimpinan tiga orang, yaitu Yazid bin Abi Sufyan, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, dan Syurahbil bin Hasanah. Karena mendapat perlawanan sengit pasukan Romawi yang menguasai wilayah itu, pasukan Islam pun kewalahan. Akhirnya untuk menambah kekuatan militer yang dipimpin ketiga jenderal itu, Khalid bin Walid yang telah berhasil menaklukkan Irak diperintahkan Abu Bakar untuk meninggalkan negara itu dan berangkat ke Syam.

Setelah Khalid bin Walid berhasil menaklukkan Syam, ia kemudian bersama Yazid bin Abi Sufyan dan Syurahbil bin Hasanah berangkat menuju Palestina untuk membantu Amr bin al-Ash dalam menghadapi pasukan Romawi. Kedua pasukan pun akhirnya terlibat peperangan yang sengit di daerah Ajnadin. Karena itulah, peperangan ini dalam sejarah Islam dikenal dengan nama Perang Ajnadin. Meski kemenangan di pihak Islam, tapi banyak juga pasukan Islam yang gugur. Setelah Abu Bakar wafat pada tahun 13 H karena sakit, ekspansi tetap dilanjutkan oleh khalifah berikutnya, Umar bin Khattab. Pada era Umarlah gelombang ekspansi pertama pun dimulai. Wilayah demi wilayah di luar jazirah dapat ditaklukkan. Pada tahun 14 H, Abu Ubaidah bin al-Jarrah bersama Khalid bin Walid dengan pasukan mereka berhasil menaklukkan kota Damaskus dari tangan kekuasaan Bizantium. Selanjutnya, dengan menggunakan Suriah sebagai basis pangkalan militer, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr bin al-Ash. Sedangkan ke wilayah Irak, Umar bin Khattab mengutus Sa’ad bin Abi Waqqash untuk menjadi gubernur di sana.

Pada tahun 640 M, Babilonia juga dikepung oleh balatentara Islam. Sedangkan pasukan Bizantium yang menduduki Heliopolis mampu dikalahkan sehingga Alexandria dikuasai oleh pasukan Islam pada tahun 641 M. Tak pelak, Mesir pun jatuh ke tangan imperium Islam. Amr bin al-Ash yang menjadi komandan perang Islam lantas menjadikan tempat perkemahannya yang terletak di luar tembok Babilon sebagai ibukota dengan nama Al-Fustat. Di masa gelombang ekspansi pertama ini, Al-Qadisiyah, sebuah kota yang terletak dekat Al-Hirah di Irak, dapat dikuasai oleh imperium Islam pada tahun 15 H. Dari kota itulah, ekspansi Islam berlanjut ke Al-Madain (Ctesiphon), ibukota Persia hingga dapat dikuasai. Karena Al-Madain telah jatuh direbut pasukan Islam, Raja Sasan Yazdagrid III akhirnya menyelamatkan diri ke sebelah Utara. Selanjutnya pada tahun 20 H, kota Mosul yang notabene masih dalam wilayah Irak juga dapat diduduki.

Gelombang ekspansi pertama di era Umar bin Khattab menjadikan Islam sebagai sebuah imperium yang tidak hanya menguasai jazirah Arab, tapi juga Palestina, Suriah, Irak, Persia, dan Mesir. Saat pemerintahan Umar bin Khattab berakhir karena ia wafat terbunuh pada tahun 23 H, Usman bin Affan sebagai khalifah ketiga tetap meneruskan kebijakan penaklukan ke berbagai wilayah di luar jazirah Arab. Meski pada zaman Umar bin Khattab telah dikirim balatentara ke Azerbaijan dan Armenia, pada era Usman bin Affan lah, yaitu pada tahun 23 H, kedua wilayah baru berhasil dikuasai saat ekspansi dipimpin oleh al-Walid bin Uqbah.

Ketika Usman bin Affan menghadapi turbulensi politik di dalam negeri hingga akhirnya ia mati terbunuh pada tahun 35 H, Ali bin Abi Thalib pun naik ke tampuk kekuasaan sebagai khalifah keempat. Sayang suhu politik di pusat kekuasaan Islam semakin tinggi sehingga terjadi beberapa pemberontakan seperti yang dipimpin oleh Aisyah dalam Perang Jamal pada tahun 36 H. Tak ayal, Ali bin Thalib mau tak mau harus menumpas pemberontakan tersebut. Pada gilirannya, hal itu menguras kekuatan militer Islam sehingga akhirnya gelombang pertama ekspansi Islam ke luar jazirah Arab pun berhenti.

Ekspansi Gelombang Kedua


Ekspansi gelombang kedua ini dimulai di zaman Dinasti Umayyah setelah era Khulafaur Rasyidin berakhir. Mu’awiyah bin Abi Sufyan, sebagai pendiri dan khalifah pertama pada dinasti itu, melanjutkan kebijakan ekspansi Islam yang sempat terhenti sejak tahun-tahun akhir kekuasaan Usman bin Affan hingga kekuasaan Ali bin Thalib tumbang.

Mu’awiyah mengutus Uqbah bin Nafi untuk mengadakan ekspansi Islam ke wilayah Afrika Utara hingga berhasil merebut Tunis. Di sanalah pada tahun 50 H, Uqbah mendirikan kota baru bernama Qairawan yang selanjutnya terkenal sebagai salah satu pusat kebudayaan Islam. Tidak cukup sampai di situ, Mu’awiyah juga berhasil mengadakan perluasan wilayah Islam dari Khurasan sampai Sungai Oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul. Angkatan laut Muawiyah juga dengan gagah berani menyerang Konstantinopel, ibu kota Bizantium.

Masih dalam zaman Dinasti Umayah, pada masa pemerintahan Abdul Malik ekspansi ke wilayah Timur dilanjutkan di bawah pimpinan seorang jenderal terkenal bernama Al-Hajjaj bin Yusuf. Balatentara Islam berhasil menyeberangi Sungai Oxus dan akhirnya dapat menaklukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tidak hanya sampai di situ, balatentara Islam juga berhasil mencapai wilayah India hingga dapat merebut Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Multan.
Ekspansi Islam kembali dilanjutkan pada era Khalifah Al-Walid. Saat itu sang khalifah mengutus Musa bin Nushair dengan balatentaranya untuk menyerang Aljazair dan Marokko sehingga berhasil membuat wilayah itu bertekut lutut. Musa bin Nusair lantas mengangkat Tariq bin Ziad sebagai wakil untuk memerintah wilayah tersebut.

Sebagai penguasa baru di wilayah tersebut dan juga seorang komandan perang yang piawai, Tariq bin Ziad dengan armadanya berhasil menyeberangi selat yang membentang antara Marokko dan Benua Eropa. Sang komandan bersama pasukan angkatan lautnya lantas mendarat di suatu tempat yang kemudian dikenal dengan sebutan Gibraltar (Jabal Thariq).

Dalam peperangan tersebut, tentara Kristen Spanyol di bawah pimpinan Raja Roderick pun dapat dikalahkan oleh pasukan Islam yang dipimpin Tariq bin Ziad. Dengan kekalahan itu, pintu untuk memasuki Spanyol menjadi terbuka lebar. Toledo –yang notabene ibukota Spanyol waktu itu—berhasil direbut. Sedangkan kota-kota lain seperti Sevilla, Malaga, Elvira dan Cordova, juga tak luput dari penaklukan tentara Islam.

Selanjutnya, Cordova kemudian menjadi ibukota pemerintahan Islam yang tetap menginduk ke pusat pemerintahan Islam di Kufah. Spanyol yang telah menjadi daerah Islam lantas dikenal dalam bahasa Arab dengan sebutan Al-Andalus.

Pada masa kekhalifahan Hisyam bin Abdul Malik, pasukan Islam juga berupaya melakukan ekspansi ke wilayah Perancis. Saat itu, upaya ekspansi terutama dipimpin oleh Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Ekspansi tersebut juga dilakukan al-Ghafiqi karena termotivasi oleh kesuksesan penaklukan atas Spanyol oleh Thariq bin Ziad dan Musa bin Nushair.

Bersama balatentaranya, al-Ghafiqi menyerang kota-kota seperti Bordeux dan Poitiers. Dari kota Poiters, al-Ghafiqi berangkat untuk menyerang kota Tours. Tetapi dalam perjalanan itu antara kedua kota itu, ia bisa ditahan oleh Charles Martel. Ekspansi ke Perancis pun gagal. Al-Ghafiqi bersama pasukannya akhirnya mundur kembali ke Spanyol. Meski sempat gagal karena ditahan Charles Martel, pasukan Islam tetap berupaya menyerang beberapa wilayah di Perancis, seperti Avignon dan Lyon pada tahun 743 M.

Pada zaman Dinasti Umayah pula, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Majorca, Corsica, Sardinia, Crete, Rhodes, Cypurs dan sebagian Sicilla juga berhasil ditaklukkan oleh imperium Islam. Ekspansi yang dilakukan Dinasti Umayyah inilah yang membuat Islam menjadi imperium besar pada zaman itu. Berbagai bangsa yang melintasi berbagai ras dan suku di berbagai pelosok dunia bernaung dalam satu pemerintahan Islam.

Share :

Facebook Twitter Google+
1 Komentar untuk "Perluasan Wilayah Pada Masa Khulafaurasyiddin dan Dinasti Umayyah"

Pelajaran dan pendidikan akhlak sangat penting bagi pelajar muslim di seluruh Indonesia. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
bentuk ciri ciri adab islami kepada saudara Sifat sifat umar bin Khattab Ufa Bunga SMartphone